Selasa, 25 Desember 2012

Bahasa Walikan Mulai ditinggalkan


MALANGISME - Bagi warga asli malang mungkin sudah tidak asing lagi dengan bahasa walikan, nganal (lanang), kodew (wedok) merupakan salah satu contoh bahasa sehari-hari yang bisa dibalik. Menurut sejarahnya, bahasa walikan digunakan pada masa perjuangan untuk melawan penjajah. Bahasa walikan digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengetahui lawan maupun kawan. Selain itu, bahasa ini juga bermanfaat untuk mengelabui musuh agar tidak mengerti bahasa arek malang waktu itu.

Seiring berjalannya waktu, kota malang berkembang menjadi kota yang pesat, saat ini kota malang dikenal sebagai kota pendidikan, ini membuat kota malang sebagai salah satu rujukan ketika orang ingin menempuh pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi.
Sampai sekarang kota malang dipenuhi penduduk dari sabang sampai merauke yang kebanyakan mereka adalah mahasiswa di beberapa berguruan tinggi di kota malang. Menurut salah seorang warga blimbing, Mbah Jillah (65), bahasa walikan memang sudah jarang dipakai dalam kehidupan sehari-harinya, banyak faktor yang menyebabkannya. "Salah satu penyebabnya adalah banyaknya pendatang yang berada di kota Malang, " ujar sesepuh warga Blimbing ini.
Beda halnya dengan Roni (21) seorang mahasiswa asli Malang, dia mengungkapkan bahwa kurangnya wadah yang disediakan bagi warga malang untuk menggunakan bahasa walikan. "mungkin bagi pihak terkait bisa membentuk sebuah paguyuban khusus untuk berkomunikasi menggunakan bahasa walikan, " ujar mahasiswa STIE ASIA ini.
Bagi pemerintah khususnya Pemkot Malang agar memperhatikan kelangsungan budaya asli, salah satunya bahasa walikan ini.

( Muhammad Khairuddin ) 
  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 komentar:

Posting Komentar