MALANGNEWS - Cak Min begitu sapaan akrabnya. Wajahnya yang tak lagi muda nampak jelas dengan keriput-keriput diwajahnya. Rumahnya tak jauh dari pinggir sungai di
daerah Dinoyo, Malang.
Bapak empat putra dan empat putri ini
sejatinya memang bukan warga Malang asli.
Pria kelahiran tahun 1955 ini berasal
dari Blitar, namun ikut kakek di Tulungagung. Hingga dirinya memutuskan hijrah dan
menetap di Malang mulai tahun 1989.
Pengalaman pahit pernah ia rasakan
pada tahun 2003 silam. Saat rumahnya tak mampu menahan derasnya air yang
menerjang. Sehingga rumak Cak Min harus rusak berat akibat banjir bandang dan
membuat usaha Jaran Kepang-nya gulung tikar.
Cak Min adalah salah satu pekerja
seni yang punya prestasi membanggakan. Empat kali ia juara se-kota Malang
festival Jaran Kepang. Dan sejak tahun 80-an ia sudah menggeluti bidang
tersebut dengan berbagai penghargaan yang diberikan oleh banyak pihak. Namun selama
itu pula ia tidak pernah tersentuh oleh sekecil apapun bantuan dan perhatian
dari pemerintah kota Malang khususnya.
Saat ini dirinya hanya
mengantungkan nasib pada pesanan alat perlengkapan Jaran Kepang dan berjualan
replika jaran Kepang mini dekat dengan gerobak di Dekat RS Unisma. Dengan
harapan ia tetap bisa membiayai anak-anaknya untu tetap bersekolah serta turut
mebantu teman-teman seniman yang nasibnya tak kalah jauh sengsara dari dirinya.
“mbok ya pemerintah itu kasihlah kredit usaha rakyat semacam itu, jadi
kami ini bisa mengembangkan dan melestarikan kesenian ini,” Ucap pemilik
nama asli Sukimin ini.
Sembari menutup wawancara Cak Min menambahkan,
Ia berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan kesenian yang ada. Sehingga
paling tidak generasi yang akan datang akan tetap dapat mengetahui atau
mengenal kesenian Jarang Kepang. Karena kesenian Jaran Kepang tidak hanya
sebuah tontonan, tetapi bisa juga menjadi tuntunan dengan mengambil hikmahnya.
( Moh. Nadlir | 150 )
0 komentar:
Posting Komentar